Tom, Mark, Travis ( BLINK 182) mendirikan Clothing Company Atticus, Machbeth, dan Famous Stars and Straps
Belakangan ini sedang ramai ramai
dengan berita kembalinya band Pop-Punk yg cukup berpengaruh yaitu BLINK 182,
mereka kemarin sempat bubar karan perselisihan ego antar personil'y Tom dan
Mark.Kita lupakan saja perselisihan ego Tom, Mark, dan Travis yang hype
belakangan ini. Tentu saja di tulisan ini saya tidak akan membicarakan Blink
182, Angels and Airwaves, Transplants, atau Plus 44. Namun, mari kita lihat
bagaimana side-projects mereka di luar musik. Di sini saya hanya ingin
menceritakan bagaimana kesuksesan yang mereka raih di luar komponen musik. Bisa
dibilang kerja keras Mark, Tom, dan Travis terbayar sudah dan mungkin sekarang
mereka hanya bisa ongkang-ongkang kaki saja sambil menonton film terbaru
daripada sibuk menulis lagu di studio. Kini dengan suksesnya clothing company
Atticus, Macbeth, dan Famous Stars and Straps, uang yang mengalir hanya tinggal
menunggu waktu saja. Apalagi fenomena hype-nya Atticus, Macbeth, dan Famous
Stars and Straps di kalangan youth culture saat ini. Tak pelak pengaruh ketiga
clothing company ini melanda sedunia. Dan menjadi salah satu brand cool bagi
anak muda saat ini. Terutama yang true dengan skate dan musik punk dsb.
Mungkin tidak menyangka jikalau pada awalnya kesuksesan trio ini lebih dari
sekedar menunggu uang royalti dari band. Namun, seiring dengan pamor Blink 182
yang kian menggila dan image mereka sebagai salah satu band pop-punk yang
paling berpengaruh di kalangan youth culture, Tom Delonge dan Mark Hoppus
membuat sebuah brand yang dikenal dengan nama Atticus pada tahun 2001. Selain
Unicorn dan Alien, Tom dan Mark selalu menggambar sisi imajinasi mereka
terhadap apapun. Kali ini clothing company Atticus mereka simbolkan dengan
sebuah burung mati yang terinspirasi dari novel “To Kill A Mocking Bird” karya
Harper Lee. Dan nama Atticus diambil dari sebuah tokoh bernama Atticus Finch
yang dikenal sebagai salah satu pahlawan sepanjang masa oleh American Film
Institute. Sedangkan Macbeth yang terkenal dengan brand sepatunya seperti
Elliot, London, dll. diambil dari simbol Griffon atau Singa bersayap. Tampaknya
Tom dan Mark tak pernah melepaskan image hewan/makhluk imajinasi pada setiap
hal yang dilakukannya. Sebagai informasi, Tom sangat terobsesi dengan alien dan
Mark sangat terobsesi dengan kuda Unicorn.
Mungkin banyak yang menyangka bahwa Atticus adalah milik Tom dan Mark saja.
Padahal founder dari Atticus ini terdiri dari empat orang yaitu Tom, Mark dan
kedua temannya, Dylan Carlson dan Jon Humphrey. Sedangkan founder dari Macbeth
Clothing Company adalah Tom dan Mark, dan salah satunya dari band-band seperti
Taking Back Sunday dan Alkaline Trio. Kalau Atticus lebih mengkhususkan pada
produk pakaian sedangkan Macbeth lebih mengkhususkan pada produk sepatu.
Inspirasinya bermula ketika Tom tidak puas dengan sepatu-sepatu pada masa itu
karena kurang enak dipakai buat musisi karena mungkin pada masanya banyak
sepatu yang lebih konsen ke olahraga/ atlit daripada musisi. Dengan ide awal
menggabungkan konsep sepatu dan musik, Tom dibantu oloh Jon Humphrey, suatu
penyelenggara konser dan dan wakil presiden produk sepatu Adio mengembangkan
Macbeth ini.
Pada awalnya Atticus dan Macbeth hanya memperkerjakan 30 orang dan kebanyakan
adalah sanak famili atau teman dekat. Dan kebanyakan adalah orang yang
berkecimpung dan through di bidang musik.Atticus dan Macbeth dikembangkan secara
independen. Nampaknya nggak beda jauh dengan cara yang dikembangkan oleh
beberapa clothing lokal kita. Independensinya adalah mereka memproduk dan
memasarkan sendiri produk buatan mereka. Pada awalnya pun produk mereka ini
hanya disebarkan di seputar pantai di San Diego, California, selain memasarkan
lewat cara net market melalui situs loserkids.com dan myspace dengan tagline,
“Our online store is better than your online store.” Apalagi mereka sempat
pesimis karena mereka percaya bahwa clothing mereka takkan bisa mengalahkan
Rockawear milik Jay Z. “If you can draw any comparison, we would be closer to
Rockawear, Jay-Z's hip-hop-inspired clothing brand,” tutur Jon Humphrey yang
juga menjabat CEO dari Atticus dan Macbeth. Dalam dunia fashion, trend hip-hop selalu
dianggap lebih cool dan mewah dibandingkan produk fashion lainnya. Apalagi pada
saat itu brand clothing seperti Volcom, DC Shoes, dan Converse yang menguasai
brand fashion anak muda tengah digemari. Pada saat itu persaingan dunia fashion
anak muda tengah gila-gilanya. Tanpa menyampingkan kebesaran Blink 182, Atticus
dan Macbeth saat itu hanya dianggap sebuah clothing company kecil. Jon Humphrey
menambahkan, “It's a small and independent operation, not a “J.Lo brand,” which
is owned by a much bigger company.”
Mereka sadar bahwa kerja keras yang mereka butuhkan adalah bagaimana untuk
menciptakan sesuatu yang kreatif. Selain berjualan hal-hal clothing standar
seperti T- shirt, topi, jaket, dll., Atticus juga membuat sebuah CD kompilasi
“Dragging The Lake” yang berisikan band-band rock masa kini seperti Blink 182,
Alkaline Trio, New Found Glory, Sugarcult, Fall Out Boy dll. Yang hingga tahun
2006 telah merilis empat kompilasi “Dragging The Lake”. Dengan mensinergikan
antara fashion dan musik, Atticus dan Macbeth meraih pasar
anak muda salah
satunya dengan mengendorse band-band rock kekinian dengan genre punk/ pop punk/
emo/ hardcore/ post-hardcore seperti Alkaline Trio, Angels and Airwaves, Alexis
On Fire, Mae, Bane dll. Selain mengendorse band, Atticus juga tampaknya
tertarik dengan segala hal kultur anak muda. Brian Ewing yang merupakan seorang
designer dan illustrator pun diendorse oleh Atticus.
Salah satu contoh sinergi dengan musik, mungkin kalau Kamu membeli sepatu
Macbeth maka di dalam lapisan solnya terdapat salah satu lirik yang diambil
dari band-band yang diendorse Macbeth. Selain musik, ada juga misi sosial dalam
karakter design sepatunya. Ingat sepatu Macbeth Vegan yang terbuat dari
bahan-bahan 100% non hewani/ animal products. Di mana Macbeth memiliki misi
untuk menghapuskan kekerasan pada binatang. Dan bahan-bahanya adalah hasil
impor dari PETA (People For The Ethical Treatment Of Animals), sebuah
organisasi anti kekerasan pada binatang.
Okey mari kita beralih pada salah satu dari ketiga power dari Blink 182 yang
memegang posisi drummer, Travis Barker. Mengingat Travis pasti Kamu akan
tertuju dengan huruf “F” besar yang senantiasa dipakainya ketika menggebuk drum
dengan kedua tangannya yang bak Dr. Octopus. Tanda “F” besar adalah simbolik
dari clothing company miliknya, Famous Stars and Straps. Berdiri pada tahun
1999 atau dua tahun lebih awal berkecimpung di dunia clothing dibandingkan Tom
dan Mark, Famous Stars and Straps (FSAS) lebih mengkhususkan diri pada street,
skate, dan punk style. Dan yang paling terkenal dari salah satu produk FSAS
adalah buckles “F” yang senantiasa dipakai oleh Travis tentunya selain menjual
T shirt, jaket, topi, sepatu, buckles, bandana, dan skateboard decks. Salah
satu ciri dari karakter design dari FSAS adalah bagaimana mempermainkan sebuah
catch phrase dengan awalan “F” seperti Family, Famous, "Fast" or
"Fun" (as in, "Life Fast, Die Fun"). Selain musisi, banyak
atlit yang diendorse oleh FSAS seperti BMX riders, MX, FMX, dan skaters seperti
Heath Pinter, Shane Bess, Jimmie McGuire, Warren Jamez, Jamal
"J-Beats" Kindred, Dave Dillewaard , Andre Ellison, Josh Hanson, dan
Rick Thorne
Salah satu faktor kesuksesan dari ketiga clothing company ini yaitu bagaimana
mereka bekerja keras dalam membangun image sebagai sebuah clothing company yang
mengarah pada kultur anak muda dan bersinergi antara musik dan fashion.
“Inspired by music, made by musicians,” kata Kari DeLonge yang menjabat
marketing director di Atticus dan Macbeth yang juga merupakan adik kandung Tom
Delonge. Ingat, Atticus dan Macbeth berawal memasarkan produk lewat internet
saja. Mereka tak memiliki tempat untuk mengedarkan produknya dengan hanya
diawali beredar di seputaran pantai di San Diego, California. Namun kini
Atticus, Macbeth, dan FSAS telah meraih pangsa pasar anak muda yang sebegitu
besarnya. Bahkan saking suksesnya pernah ada seorang pengusaha yang ingin
membeli hak dari Atticus dan Macbeth. “I get calls all the time from big huge
massive companies who say, 'I want to buy into this industry.' But you can't
just buy into this,” kata Humphrey.
Kerja keras mereka kini terbayar sudah dan tiga clothing company itu telah
menjadi “pahlawan” dalam dunia fashion anak muda. Dengan brand fashion yang
terkenal Atticus, Macbeth, dan FSAS pun melebarkan sayapnya ke beberapa negara
dan salah satunya Indonesia, kecuali FSAS yang belum masuk ke Indonesia. Saya
tidak akan menuliskan berapa Dollar pastinya pendapatan mereka, hanya saja
dengan kesuksesan yang dibangun dari kecil hingga kemudian melebarkan clothing
company ke beberapa negara membuat Tom, Mark, dan Travis bisa meraih
pundi-pundi uang sambil mereka tidur di kamar rumah mereka dengan nyenyak tanpa
perlu bingung besok harus makan apa.
Mungkin tidak menyangka jikalau pada awalnya kesuksesan trio ini lebih dari sekedar menunggu uang royalti dari band. Namun, seiring dengan pamor Blink 182 yang kian menggila dan image mereka sebagai salah satu band pop-punk yang paling berpengaruh di kalangan youth culture, Tom Delonge dan Mark Hoppus membuat sebuah brand yang dikenal dengan nama Atticus pada tahun 2001. Selain Unicorn dan Alien, Tom dan Mark selalu menggambar sisi imajinasi mereka terhadap apapun. Kali ini clothing company Atticus mereka simbolkan dengan sebuah burung mati yang terinspirasi dari novel “To Kill A Mocking Bird” karya Harper Lee. Dan nama Atticus diambil dari sebuah tokoh bernama Atticus Finch yang dikenal sebagai salah satu pahlawan sepanjang masa oleh American Film Institute. Sedangkan Macbeth yang terkenal dengan brand sepatunya seperti Elliot, London, dll. diambil dari simbol Griffon atau Singa bersayap. Tampaknya Tom dan Mark tak pernah melepaskan image hewan/makhluk imajinasi pada setiap hal yang dilakukannya. Sebagai informasi, Tom sangat terobsesi dengan alien dan Mark sangat terobsesi dengan kuda Unicorn.
Mungkin banyak yang menyangka bahwa Atticus adalah milik Tom dan Mark saja. Padahal founder dari Atticus ini terdiri dari empat orang yaitu Tom, Mark dan kedua temannya, Dylan Carlson dan Jon Humphrey. Sedangkan founder dari Macbeth Clothing Company adalah Tom dan Mark, dan salah satunya dari band-band seperti Taking Back Sunday dan Alkaline Trio. Kalau Atticus lebih mengkhususkan pada produk pakaian sedangkan Macbeth lebih mengkhususkan pada produk sepatu. Inspirasinya bermula ketika Tom tidak puas dengan sepatu-sepatu pada masa itu karena kurang enak dipakai buat musisi karena mungkin pada masanya banyak sepatu yang lebih konsen ke olahraga/ atlit daripada musisi. Dengan ide awal menggabungkan konsep sepatu dan musik, Tom dibantu oloh Jon Humphrey, suatu penyelenggara konser dan dan wakil presiden produk sepatu Adio mengembangkan Macbeth ini.
Pada awalnya Atticus dan Macbeth hanya memperkerjakan 30 orang dan kebanyakan adalah sanak famili atau teman dekat. Dan kebanyakan adalah orang yang berkecimpung dan through di bidang musik.Atticus dan Macbeth dikembangkan secara independen. Nampaknya nggak beda jauh dengan cara yang dikembangkan oleh beberapa clothing lokal kita. Independensinya adalah mereka memproduk dan memasarkan sendiri produk buatan mereka. Pada awalnya pun produk mereka ini hanya disebarkan di seputar pantai di San Diego, California, selain memasarkan lewat cara net market melalui situs loserkids.com dan myspace dengan tagline, “Our online store is better than your online store.” Apalagi mereka sempat pesimis karena mereka percaya bahwa clothing mereka takkan bisa mengalahkan Rockawear milik Jay Z. “If you can draw any comparison, we would be closer to Rockawear, Jay-Z's hip-hop-inspired clothing brand,” tutur Jon Humphrey yang juga menjabat CEO dari Atticus dan Macbeth. Dalam dunia fashion, trend hip-hop selalu dianggap lebih cool dan mewah dibandingkan produk fashion lainnya. Apalagi pada saat itu brand clothing seperti Volcom, DC Shoes, dan Converse yang menguasai brand fashion anak muda tengah digemari. Pada saat itu persaingan dunia fashion anak muda tengah gila-gilanya. Tanpa menyampingkan kebesaran Blink 182, Atticus dan Macbeth saat itu hanya dianggap sebuah clothing company kecil. Jon Humphrey menambahkan, “It's a small and independent operation, not a “J.Lo brand,” which is owned by a much bigger company.”
Mereka sadar bahwa kerja keras yang mereka butuhkan adalah bagaimana untuk menciptakan sesuatu yang kreatif. Selain berjualan hal-hal clothing standar seperti T- shirt, topi, jaket, dll., Atticus juga membuat sebuah CD kompilasi “Dragging The Lake” yang berisikan band-band rock masa kini seperti Blink 182, Alkaline Trio, New Found Glory, Sugarcult, Fall Out Boy dll. Yang hingga tahun 2006 telah merilis empat kompilasi “Dragging The Lake”. Dengan mensinergikan antara fashion dan musik, Atticus dan Macbeth meraih pasar
Komentar
Posting Komentar